Pembelajaran matematika yang baik menuntut penggunaan metodemetode
pembelajaran yang bervariasi. Hal ini masuk dalam logika, karena suatu
topik matematika, kadang-kadang dapat diajarkan secara lebih baik hanya
dengan metode tertentu. Jika guru matematika hanya menggunakan satu jenis
metode mengajar, maka akan membuat para siswa menjadi lebih cepat bosan
atau jemu terhadap pesan yang disajikan.

Terdapat banyak metode pembelajaran matematika di Sekolah Dasar yang
digunakan antara lain :
1. Metode Ekspositori
Metode eksposition sering disebut dengan metode ceramah, guru
menjelaskan dan menyampaikan informasi, pesan atau konsep kepada
siswa. Langkah-langkah pengajaran eksposition adalah sebagai berikut :
Pertama, guru menuliskan topik, menginformasikan tujuan pembelajaran,
menyampaikan dan mengulas materi prasyarat, serta memotivasi siswa.
Kedua, guru menjelaskan dan menyajikan pesan kepada siswa dengan lisan
atau tertulis.
Ketiga, guru meminta siswa mengerjakan soal dengan menggunakan
konsep yang disampaikan guru.

2. Metode Penemuan
Metode penemuan mendorong siswa memahami sesuatu. Sesuatu
tersebut dapat berupa fakta, atau relasi matematika yang masih baru bagi
siswa, misalnya pola, sifat-sifat atau rumus tertentu.
Metode penemuan sering memakan waktu lama, karena kegiatan ini
mengembangkan konsep maupun ketrampilan matematika dan kaitannya
dengan pemecahan masalah maupun ketrampilan matematika dan kaitannya
dengan pemecahan masalah.

3. Metode Laboratori
Metode laboratori merupakan metode mengajar yang orientasi
kegiatannya didasarkan atas percobaan dan penyelidikan dengan objekobjek
fisik.
Siswa melakukan penyelidikan individual, berpasangan atau
berkelompok dengan menggunakan benda-benda yang dapat dimanipulasi.
Dalam pembelajaran matematika, juga dapat menggunakan berbagai
macam teori belajar salah satu diantaranya adalah teori belajar J.S Bruner.
Dalam teorinya Bruner mengungkapkan 3 tahapan belajar yaitu :
1. Tahap Enactive
Siswa belajar konsep matematika dengan memanipulasi benda-benda
(objek) kongkret secara langsung.
2. Tahap Iconik (Pictorial)
Siswa memahami konsep matematika yang bersifat abstrak itu dengan
bantuan model-model semi kongkret berupa gambar atau grafik, tabel,
bagan peta dan lain sebagainya.
3. Tahap Symbolic
Siswa belajar konsep dan operasi matematika langsung dengan kata-kata
atau simbol-simbol tanpa bantuan objek konkret maupun model semi
kongkret.
Pada pengerjaan hitung bilangan campuran konsep yang disajikan
harus cara lisan dan verbal, dan ini sesuai dengan pengajaran dengan
menggunakan metode ekspositori. Walaupun metode pembelajaran ini
terarah dari guru, namun proses dan hasil pembelajarannya dalam
pengerjaan hitung bilangan campuran akan lebih efektif.
Bilangan campuran itu sendiri adalah bilangan bulat yang dalam
penghitungannya terdapat berbagai unsur tanda hitung. Misalnya :
(24 x 10) : 18 – 10 = ....

Dalam pengerjaan bilangan campuran sangat diperlukan konsep-konsep
yang terarah. Pada tahap penanaman konsep biasanya guru menggunakan
berbagai macam teknik.

Didalam metode ekspositori guru menggunakan teknik aturan yang
merupakan proses mengajar dimana guru mengemukakan aturan-aturan,
hukum, prosedur atau rumus tertentu untuk diikuti siswa. Teknik ini hampir
sama dengan teknik definisi dan contoh. Teknik kedua yang digunakan
adalah teknik analisis yang merupakan suatu proses mengajar dimana guru
berusaha memilah-milah atau menguraikan suatu konmsep kedalam
langkah-langkah tertentu.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Comments are closed.